MAKALAH
ALLAH
Diajukan
sebagai salah satu syarat untuk menempuh mata kuliah
Pendidikan
Agama Kristen
Dosen Pembimbing
“Dr., Ir. Herman Ginting MT, M.Th”

Oleh:
1.
Lewi
Salema (140401070004)
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN FISIKA
2015
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur
kepada Tuhan Yesus Kristus penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
yang berjudul “Allah” pada bab I buku pendidikan agama kristen dengan lancar.
Dalam penyusunannya, penulis
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu serta teman-teman
mahasiswa kristen FKIP Universitas Kanjuruhan Malang angkatan 2015 yang telah
memberikan dukungan, kasih dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan itu berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntunpada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis
berharap bebas dari kekurangan dan kesalahan.
Akhir kata semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk
itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis mengucapkan limpah terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………..............… i
Daftar
Isi ……………………………………………..........…………….
ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar
Belakang ….......…………………...............………......…........ 1
B. Rumusan
Masalah ………………..............................................…..... 2
C. Tujuan
................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan
2.1
Pengertian Agama dan Kepercayaan Kepada Allah ........................... 3
2.2
Allah dan Penyataan-Nya (Wahyu)
.................................................... 3
2.2.1 Apa itu Wahyu umum dan khusus ............................................ 4
2.3 Allah dalam Kepercayaan
Kristen
..................................................... 5
2.3.1 Devinisi
Trinitas
......................................................................... 6
2.3.2 Pentingnya
mengerti ajaran tentang Trinitas ............................. 7
2.4 Allah sebagai Pencipta
....................................................................... 8
2.5 Sifat-sifat Allah
................................................................................. 9
2.5.1 Pengosongan Diri ...................................................................... 10
2.5.2 Pencipta atau Diciptakan
.......................................................... 11
2.5.3 Guru yang Baik
........................................................................ 11
2.5.4 Bapa Lebih Besar Dari pada
Aku
............................................ 12
2.5.5 Menyesuaikan Sketsa
Tuhan ................................................... 12
2.6 Allah Penyelamat
............................................................................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………......………………............……. 15
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..........…….. 17
Tanya jawab, kritik dan saran
............................................................... 18
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Berbicara
tentang agama berarti berbicara tentang Allah. Kadang dipikiran kita timbul apa
itu agama? Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkunganya. Semua agama mempunyai adanya Allah atau sejenisnya dan
kepercayaan tentang Allah inilah yang membedakan agama dengan fenomena lainnya,
begitu pun dengan agama kristen.
Kemerosotan
dalam bentuk agama sebagai suatu pelarian agama sebagai ciptaan manusia,
pengaruh IPTEK terhadap peranan agama. Ada anggapan yang mengatakan bahwa agama
tidak bisa lenyap, agama tidak bisa dijawab IPTEK. Agama menjawab arti dan tujuan
kehidupan, bagaimana sesudah mati? Menciptakan kesadaran religious sehingga
agama tidak mungkin dihapuskan. Dapatkah manusia mengena Allah dan hakekatnya?
1. Manusia
tak mungkin mengenal Allah dan hakekatnya
2. Dapat
mengenal Allah dan hakekatnya melalui cara Allah menyatakan dirinya
a. Pernyataan
umum: Penciptaan dunia dan suara hati (roma 1:19-20, Mazmur 19).
b. Pernyataan
khusus: Melalui firmanNya dan mencapai puncak dalam diri Tuhan Yesus Kristus.
1.2
Rumusan Masalah
1. Agama dan kepercayaan Kepada
Allah
2. Allah dan Penyataan-Nya (Wahyu)
3. Allah dalam kepercayaan kristen
4. Allah penyelamat
5. Allah pembaharu ciptaan-Nya
1.3
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Mengetahui
agama dan kepercayaan kepada Allah
2. Mengetahui
penyataan Allah dalam wahyu umum dan wahyu khusus
3. Mengetahui
Allah sebagai pencipta, Allah sang pribadi yang mahakuasa serta sifat-sifat
Allah
4. Mengetahui
keselamatan menurut perjanjian lama dan perjanjian baru serta makna keselamatan
yang dikerjakan dalam Yesus Kristus.
5. Mengetahui
Roh Kudus dalam Perjanjian lama dan Roh Kudus dalam perjanjian baru.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Agama dan Kepercayaan kepada Allah
Pengertian
agama dan religi. Agama dalam bahasa indonesia sama artinya dengan peraturan.
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta “a”
berarti tidak dan “gamma” berarti
kacau, agama berarti tidak kacau. Agama semakna dengan kata “religion” (bahasa inggris), religie (belanda), “religio” (latin), yang berarti mengamati, berkumpul/bersama,
mengambil dan menghitung. Agama semakna juga dengan kata “ ad – Dien” (bahasa arab) yang berarti cara, adat kebiasaan,
peraturan, undang-undang, peraturan, hari kiamat, dan nasihat.
Pengertian
kepercayaan. Dalam tata bahasa indonesia kepercayaan berasal dari kata dasar
“percaya” mendapat imbuhan awalan “ke” dan akhiran “an”. Kata percaya menurut
kamus bahasa indonesia berarti:
1. (Akan
kepada) menganggap (mengakui, yakin ) bahwa memang benar (ada dan sebagainya).
2. Akan,
kepada) menganggap dengan pasti bahwa (jujur, kuat, baik dan sebagainya):
mengharapkan benar atau memastikan (bahwa akan dapat memenuhi harapannya, dsb).
Ada
pun pengertian kepercayaan menurut ilmu makna kata (sematik) mempunyai arti:
a. Iman
kepada agama
b. Anggapan
(keyakinan) bahwa benar sungguh ada, misalnya kepada dewa-dewa dan orang-orang
halus
c. Dianggap
benar dan jujur, misalnya orang kepercayaan
d. Setuju
kepada kebijaksanaan pemerintah atau pengutus.
2.2
Allah
dan penyataan-Nya (Wahyu)
Kita tentu sudah mengetahui
sifat-sifat tradisional Allah yang telah sering dikumandangkan melalui mimbar
dan pelajaran agama. Akan tetapi, Dieter Becker mengingatkan ajaran tradisional
tentang sifat-sifat Allah mengandung bahaya memberi bobot yang terlalu besar
pada criteria yang tidak sesuai. Sifat-sifat Allah tidak boleh dibagi menurut
pokok pandangan yang sekunder. Pada dasarnya susunan dasar hakikat Allah
digambarkan sebagai “kudus” dan “kasih.” Kedua sifat tersebut bukanlah sifat
yang senada dengan sifat-sifat yang lain. Keduanya bahkan tidak boleh
dibagi-bagi, melainkan harus menjadi titik tolak suatu penggolongan yang
sesuai.
Pembicaraan mengenai hakikat dan
pembagian sifat-sifat Allah (ada juga yang menyebutnya sebagai atribut ilahi)
ini memang bisa menghasilkan keragaman pendapat. Sebagian mengidentifikasikan
kategori yang terpisah untuk mengidentifikasikan Pribadi Allah dengan
mendaftarkan gambaran seperti spiritualitas, pribadi, imensitas dan kekekalan.
2.2.1 Apa itu Wahyu umum dan Wahyu khusus?
Wahyu umum dan wahyu khusus itu
merupakan dua cara Allah mengungkapkan diri-Nya kepada manusia. Wahyu umum
merujuk pada kebenaran-kebenaran umum tentang Allah, yang diketahui melalui
penciptaan alam semesta. Wahyu khusus merujuk pada kebenaran yang lebih spesifik
tentang Allah, yang diketahui melalui cara supranatural. Dalam kaitannya dengan wahyu umum, Mazmur
19:2-5 menyatakan, “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala
memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan
malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada
kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh
dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi.” Menurut ayat-ayat ini,
keberadaan dan kuasa Allah dapat dilihat dengan jelas melalui alam semesta.
Keteraturan, kerumitan, dan keajaiban ciptaan berbicara mengenai Pencipta yang
berkuasa dan mulia.
Wahyu umum juga dinyatakan melalui
Roma 1:20, “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang
kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia
diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih.” Sama dengan Mazmur 19, Roma
1:20 menyatakan bahwa kuasa kekal dan natur keilahian Allah dapat “dilihat
dengan jelas” dan “dimengerti” dari apa yang diciptakan-Nya, dan tidak ada
alasan bagi manusia untuk menolak fakta ini.
Dengan mengingat ayat-ayat ini, mungkin definisi yang tepat untuk wahyu
umum adalah, “penyataan Allah kepada semua orang, di segala zaman, dan di semua
tempat, yang menyatakan bahwa Allah ada dan bahwa Dia berakal budi, berkuasa
dan transenden.”
Wahyu khusus itu mengenai bagaimana
Allah memilih menyatakan diri-Nya melalui cara-cara ajaib. Wahyu khusus
mencakup penampakan fisik Allah, mimpi, penglihatan-penglihatan, Firman Allah
yang tertulis, dan yang paling penting – melalui Yesus Kristus.
Alkitab mencatat Allah berkali-kali
menampakkan diri dalam wujud fisik (beberapa contoh antara lain Kejadian 3:8;
18:1; Keluaran 3:1-4; 34:5-7). Kedua, Alkitab mencatat Allah berbicara kepada
manusia melalui mimpi (Kejadian 28:12; 37:5; 1 Raja-Raja 3:5; Daniel 2) dan
penglihatan-penglihatan (Kejadian 15:1; Yehezkiel 8:3-4; Daniel 7; 2 Korintus
12:1-7). Yang paling penting dalam pengungkapan diri Allah ialah Firman-Nya,
Alkitab, yang merupakan wujud wahyu khusus. Allah secara ajaib menuntun para
penulis alkitab untuk mencatat berita-Nya secara tepat, sambil tetap
mempertahankan gaya dan kepribadian dari para manusia penulisnya. Firman Allah hidup dan aktif (Ibrani 4:12).
Firman Allah diinspirasikan, bermanfaat, dan cukup (2 Timotius 3:16-17). Allah
menentukan untuk memberikan catatan tertulis mengenai keberadaan-Nya, karena
Dia mengetahui ketidaktepatan dan tidak dapat disandarnya tradisi lisan.
Dia juga mengerti bahwa mimpi-mimpi
dan penglihatan-penglihatan manusia dapat disalahtafsirkan dan apa yang diingat
dapat berubah. Allah memutuskan untuk
mengungkapkan segala yang manusia perlu tahu tentang Dia, apa yang
diinginkan-Nya, dan apa yang telah dilakukan-Nya untuk manusia di dalam
Alkitab. Dia sudah berjanji untuk memelihara dan mempertahankannya sepanjang
masa.
Wujud wahyu khusus yang paling utama
itu adalah Pribadi Yesus Kristus. Allah menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14).
Ibrani 1:1-3 memberi ringkasan yang paling bagus, “Setelah pada zaman dahulu
Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita
dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara
kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan
gambar wujud Allah.”
Allah telah menjadi manusia, dalam
Pribadi Yesus Kristus, untuk menjadi sama dengan kita, menjadi teladan kita,
mengajar kita, mengungkapkan diri-Nya kepada kita, dan yang paling penting,
untuk menyediakan keselamatan kepada kita dengan merendahkan diri-Nya mati di
salib (Filipi 2:6-8).
2.3
Allah dalam kepercayaan Kristen
siapakah
Allah orang Kristen? Apakah Ia sama dengan Allah yang dikenali dan disembah
agama-agama lain? Pertanyaan ini benar-benar sensitif! Orang Kristen mengklaim
bahwa Allah Trinitarian adalah satu-satunya Allah yang hidup dan benar, klaim
ini bukan suatu bentuk arogansi rohani, tetapi lebih merupakan manifestasi dari
iman yang lahir dari ajaran Alkitab.
Allah Trinitas adalah sebuah doktrin
yang mendasar bagi iman Kristen; Kepercayaan atau ketidakpercayaan pada
Trinitas menandai Kekristenan sejati atau bukan. Namun demikian penalaran
manusia tidak dapat memahami Trinitas, demikian pula logika tidak dapat
menjelaskannya. Meskipun kata “Trinitas” tidak terdapat dalam Alkitab, tetapi
doktrin itu secara gamblang diajarkan di Alkitab. Sejarah meneguhkan kebenaran
ajaran Trinitas ini, sekalipun sejak abad gereja mula-mula telah timbul ajaran
yang berusaha untuk menentang ajaran Trinitas ini.
2.3.1 Definisi Trinitas
Istilah “Trinitas” berasal dari kata
Inggris “triunity” merupakan gabungan
dari kata “tree” yang berarti “tiga”
dan “unity” yang berarti “kesatuan”. Jadi
kata ini digunakan untuk menekankan kesatuan di antara pribadi dalam Trinitas
tetapi juga menekankan keterpisahan dan kesetaran dari tiga pribadi dalam
Trinitas. Sebuah definisi yang baik tentang Trintas menyatakan “Ada satu Allah
yang benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari Keallahan ini ada
tiga Pribadi yang sama kekal dan setara, sama di dalam hakekat tetapi beda di
dalam Pribadi. Memang, tidaklah mudah membuat definisi dari Trinitas, hal ini
dikaitkan dengan perlunya keseimbangan penekanan dari keesaan (ketunggalan) dan
ketigaan (kejamakan) Allah. Penekanan yang berlebihan pada keesaan atau
ketigaan dapat menyebabkan kekeliruan dan kesesatan. Alkitab jelas menunjukkan
adanya “ketunggalan Allah” dan juga menunjukkan adanya “kejamakan Allah”.
Karena itu, dua sikap ekstrim yang keliru yang harus dihindari, yaitu:
Pertama, sikap ekstrim yang terlalu
menekankan “kejamakan dalam diri Allah” dan mengabaikan “kesatuanNya”. Sikap
ini mengakibatkan menjadi “Tritheisme”, yaitu kepercayaan kepercayaan kepada
tiga Allah. Ini salah, karena mengabaikan ketunggalan Allah, berarti
mengabaikan sebagian dari Kitab Suci.
Kedua, sikap ekstrim yang menekankan
“kesatuan Allah” dan mengabaikan “kejamakan dalam diri Allah”. Kita tidak bisa
hanya menyoroti ayat-ayat yang menunjukkan ketunggalan Allah, dan lalu
mengatakan bahwa Allah itu tunggal secara mutlak. Ini keliru dan menyebabkan
“Monoteisme Unitarian”. Karena kalau kita melakukan hal itu, lalu apa yang akan
kita lakukan dengan ayat-ayat yang menunjukkan adanya kejamakan dalam diri
Allah? Membuangnya? Mengabaikannya? Ini tentu tidak mungkin dilakukan oleh
orang yang mempercayai Alkitab sebagai Firman Tuhan!
Ajaran Allah Trinitas merupakan
satu-satunya jalan untuk mengharmoniskan ayat-ayat Alkitab yang menyatakan
ketunggalan dan kejamakan Allah tersebut. Jika kita mau menerima doktrin Allah
Trinitas, maka kita bisa mengharmoniskan kedua kelompok ayat tersebut. Kalau
kita menolak doktrin Allah Trinitas, ini berarti kita harus menghadapi
kontradiksi (pertentangan) dalam Alkitab yang tidak mungkin bisa diharmoniskan.
2.3.2 Pentingnya Mengerti Ajaran
Tentang Trinitas
Yakub B. Susabda dalam buku Bergaul
dan Mengenal Allah menyebutkan tiga alasan mengapa pengenalan akan Allah
Trinitas ini penting, yaitu:
Pertama, Allah orang Kristen adalah
Allah yang hanya mau dikenal dan disembah sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Allah memang esa, tetapi mengenak keesaanNya saja tidaklah menyelamatkan.
Seluruh rencana keselamatan Allah hanya daat dipahami dan diimani dalam hubungan
dengan keunikan diri Allah, penyingkapan diriNya yang progresif, rencana dan
cara kerjaNya. Allah ingin kita mempercayai dan mengimani Dia bukan hanya
sebagai Allah yang esa, yang mengingatkan dan mengajarkan jalan keselamatan dan
kehidupan yang diperkenanNya, tetapi ia menginginkan kita mengenalNya
sebagaimana Dia ada, yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan keunikanNya
masing-masing. Alkitab menegaskan bahwa bahwa Allah tidak mungkin dapat
dikenali diluar dari apa yang Dia sendiri singkapkan (Matius 16:17; Bandingkan
Yohanes 14:6; 15:16).
Kedua, iman kepada Allah Trinitas
adalah salah satu keunikan iman Kristen yang membedakannya dari iman semua
agama-agama lain. Tanpa pengenalan akan Ketrinitasan Allah, perbedaan antara
iman Kristen dengan iman agama-agama lain akan menjadi kabur. Demi membangun
jembatan komunikasi dan semangat kesatuan serta toleransi, kita tidak boleh
mengorbankan ajaran essensial Allah Trinitas ini hanya supaya kita bisa
diterima oleh pemeluk kepercayaan agama-agama lainnya. Alkitab menegaskan bahwa
diluar kepercayaan kepada Allah Trinitas tidak ada keselamatan (1 Yohanes
4:2-3).
Ketiga, pengenalan tentang Allah
Trinitas bukanlah pengenalan rasional tetapi pengenalan iman yang lahir
kebenaran Alkitab. Penalaran manusia tidak dapat memahami Trinitas dengan
tuntas, demikian pula logika tidak dapat menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi
karena Alkitab menyatakannya maka kita menerimanya.
2.4
Allah
sebagai Pencipta
Segala sesuatu di dalam alam ini,
tidak ada dengan sendirinya. Allah yang menjadikan segalanya. Dan jika segala
sesuatu berlalu, Allah tetap ada. Karena Allah tidak pernah berubah, Ia kekal
adanya. Dan hanyalah orang bebal yang mengatakan bahwa Allah tidak ada - Mazmur
53:2.
Allah ada pada segala waktu, di
segala tempat dan pada apa yang Ia ciptakan. Dengan kata lain, Allah tidak
dapat dibatasi oleh ruang, waktu, tempat dan situasi serta kondisi apapun
karena Allah yang hidup dan mahakuasa. Langit menceritakan kemuliaan-Nya dan
cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya. Berikut tiga hal mengapa Allah
disebut sebagai Pencipta. Tentu ada beberapa alasan kuat yang membuktikan bahwa
Allah itu Pencipta.
1. Karena Allah Pencipta, segala
kuasa berada di tangan-Nya.
Kuasa yang berada di tangan Allah digunakan untuk beberapa hal, antara lain: pertama, kuasa untuk menciptakan. Hal ini jelas ditegaskan dalam kitab Kejadian 1:1: "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi". Jadi, langit dan bumi diciptakan oleh kuasa Allah yang maha sempurna; kedua, kuasa untuk mengatur yang diciptakan-Nya. Setelah Allah menciptakan langit dan bumi dengan kuasa-Nya, maka dengan kuasa yang sama juga Allah menata dan mengatur serta mengendalikan semua yang Dia. Itu sebabnya, semua yang Dia ciptakan berjalan sesuai dengan kontrol dari Allah - Pengkhotbah 8:8; ketiga, kuasa untuk mengakhiri yang diciptakan-Nya. Tidak ada kuasa manapun dikolong langit ini yang dapat mengakhiri semua yang diciptakan oleh Allah. Hanya Allah dalam kuasa dan otoritas yang sempurna yang bisa mengakhiri segala yang diciptakan-Nya.
Kuasa yang berada di tangan Allah digunakan untuk beberapa hal, antara lain: pertama, kuasa untuk menciptakan. Hal ini jelas ditegaskan dalam kitab Kejadian 1:1: "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi". Jadi, langit dan bumi diciptakan oleh kuasa Allah yang maha sempurna; kedua, kuasa untuk mengatur yang diciptakan-Nya. Setelah Allah menciptakan langit dan bumi dengan kuasa-Nya, maka dengan kuasa yang sama juga Allah menata dan mengatur serta mengendalikan semua yang Dia. Itu sebabnya, semua yang Dia ciptakan berjalan sesuai dengan kontrol dari Allah - Pengkhotbah 8:8; ketiga, kuasa untuk mengakhiri yang diciptakan-Nya. Tidak ada kuasa manapun dikolong langit ini yang dapat mengakhiri semua yang diciptakan oleh Allah. Hanya Allah dalam kuasa dan otoritas yang sempurna yang bisa mengakhiri segala yang diciptakan-Nya.
2. Karena Allah Pencipta, layaklah
semua mengabdi kepada-Nya.
Semua yang diciptakan oleh Allah mengabdi kepada-Nya. Buktinya yaitu: pertama, langit dan bumi mempermaklumkan kuasa-Nya - Mazmur 19:2; kedua, umat-Nya bersorak dan memuji-Nya - Mazmur 8:2-4; ketiga, segala yang bernafas memuji Allah - Mazmur 150:6.
Semua yang diciptakan oleh Allah mengabdi kepada-Nya. Buktinya yaitu: pertama, langit dan bumi mempermaklumkan kuasa-Nya - Mazmur 19:2; kedua, umat-Nya bersorak dan memuji-Nya - Mazmur 8:2-4; ketiga, segala yang bernafas memuji Allah - Mazmur 150:6.
3. Karena Allah Pencipta, Ia
berdaulat atas apa yang diciptakan-Nya.
Allah memiliki kedaulatan penuh atas semua yang diciptakan-Nya. Kedaulatan Allah dapat dilihat dalam: pertama, kedaulatan-Nya tidak dapat dipertanyakan - Yesaya 45:9; kedua, kedaulatan-Nya diwarnai kebenaran dan keadilan - Yesaya 45:23-24; ketiga, kedaulatan-Nya bertujuan untuk kebaikan kita - Yeremia 29:11.
Allah memiliki kedaulatan penuh atas semua yang diciptakan-Nya. Kedaulatan Allah dapat dilihat dalam: pertama, kedaulatan-Nya tidak dapat dipertanyakan - Yesaya 45:9; kedua, kedaulatan-Nya diwarnai kebenaran dan keadilan - Yesaya 45:23-24; ketiga, kedaulatan-Nya bertujuan untuk kebaikan kita - Yeremia 29:11.
2.5
Sifat-sifat
Allah
Sifat Tuhan yang dinyatakan dalam
perbuatan-Nya
1. Tuhan itu baik
dan benar. Segala sesuatu pada mulanya dicipta-kan Tuhan itu baik adanya
dan hal tersebut adalah suatu perluas-an dari sifat Tuhan sendiri. Tuhan itu
baik secara khusus kepada umat-Nya di dalam kebenaran. Mazmur 145:18-20.
2. Tuhan itu kasih
, ungkapan utama dari kasih-Nya adalah dengan mengutus anak-Nya yang tunggal
yaitu Yesus Kristus untuk mati dikayu salib dan menebus dosa orang yang
berdosa. 1 Yohanes 4: 8-10.
3. Tuhan itu murah
hati dan penyayang . seharusnya manusia itu dibinasakan oleh Tuhan,
tetapi sebaliknya Dia menawarkan pengampunan sebagai karunia Cuma-Cuma
untuk diterima melalui iman kepada Yesus Kristus . Mazmur 108:3, Kel
34:6, Ul.4:31.
4. Tuhan itu sabar
, Tuhan sabar dengan memberikan kesempatan kepada setiap
orang untuk sadar dan bertobat. 2 Petrus 3:9, Kel,34:6 Bil.14:18.
5. Tuhan itu setia
, Dia akan melaksanakan apa yang telah dinyatakan, dijanjikan dan
peringatan dalam Firman-Nya. Ulangan 7:9, Mazmur 103:8
Perjanjian Lama memberikan banyak
mengenai sifat-sifat Tuhan. Tuhan dijelaskan sebagai: Maha Hadir, Maha Tahu,
Maha Kuasa, kekal dan tak berubah. Ia mengasihi, kudus, benar, bijaksana dan
adil.
Apa yang
Ia katakan atau Ia lakukan, yang meyakinkan kita bahwa Yesus adalah Tuhan? Seseorang dapat menunjuk pada
hal-hal seperti mujizat-mujizat-Nya, tetapi orang lain juga melakukan
mujizat-mujizat, jadi meskipun ini bisa memberikan indikasi, ini tidak
menentukan. Tentu saja, Kebangkitan adalah pembenaran puncak identitas-Nya.
Dari banyak hal yang Ia lakukan, yang paling menyolok adalah pengampunan-Nya
atas dosa.
Jika Anda melakukan sesuatu yang
melukai saya, saya memiliki hak untuk mengampuni Anda. Tetapi jika Anda melukai
saya dan seseorang lain datang menimbrung dan berkata, 'Aku mengampuni',
kelancangan macam apa itu? Satu-satunya orang yang dapat mengatakan hal semacam
itu dengan penuh makna adalah Tuhan sendiri, karena dosa, bahkan jika dilakukan
terhadap orang lain, pertama-tama dan terutama adalah suatu penentangan
terhadap Tuhan dan hukum-hukum-Nya. Jelas di sini Yesus melakukan pekerjaan
pengampunan dosa, suatu pekerjaan yang hanya Allah yang mempunyai hak untuk
melakukannya. Ketika Daud berdosa dengan melakukan perzinahan dan mengatur
kematian suami wanita itu, akhirnya ia berkata kepada Tuhan dalam Mazmur 51:6,
"Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan
yang Kau anggap jahat". Daud mengakui, bahwa meskipun ia telah berbuat
salah kepada orang-orang, pada akhirnya ia berdosa terhadap Tuhan yang
menciptakannya dan Tuhan perlu mengampuninya. Yesus tidak hanya mengampuni
dosa, namun juga Ia tidak berdosa. Dan tentu saja ketidakberdosaan merupakan
sifat ketuhanan.
2.5.1 Pengosongan Diri
Bagaimana Yesus bisa Maha Hadir,
jika Ia tidak dapat berada di dua tempat secara bersamaan? Bagaimana Ia bisa
Maha Tahu, jika Ia berkata, 'Bahkan Anak Manusia pun tidak tahu jamnya Ia
datang kembali'? Bagaimana Ia bisa Maha Kuasa sedangkan Injil-injil dengan
terus terang memberitahu kita bahwa Ia tidak mampu mengadakan banyak mujizat di
kampung halaman-Nya?
Dalam Filipi 2:5-7 dijelaskan: Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Yesus telah mengosongkan diri-Nya dalam penggunaan independen sifat-sifat-Nya. Ia berfungsi sebagai Tuhan ketika Bapa memberi-Nya persetujuan untuk melakukannya.
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Yesus telah mengosongkan diri-Nya dalam penggunaan independen sifat-sifat-Nya. Ia berfungsi sebagai Tuhan ketika Bapa memberi-Nya persetujuan untuk melakukannya.
Pengosongan diri Yesus akan
pemakaian independen sifat-sifat-Nya menjelaskan kepada kita mengapa dalam
beberapa kasus Ia tidak mempertunjukkan kemahakuasaan, kemahatahuan,
kemahahadiran dalam keberadaan-Nya di bumi, bahkan meskipun Perjanjian Baru
dengan jelas menyebutkan bahwa semua kualitas ini pada akhirnya memang benar
dimiliki-Nya.
2.5.2 Pencipta atau Diciptakan?
Ada ayat yang mengisyaratkan bahwa
Yesus adalah makhluk yang diciptakan, misalnya Kolose 1:15 mengatakan bahwa Ia
adalah 'yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan'. Tidakkah ini
dengan jelas mengimplikasikan bahwa Yesus diciptakan, berlawanan dengan
keberadaan sebagai Pencipta?
Dalam Perjanjian Baru, anak sulung,
normalnya menerima bagian tanah yang terbesar, atau anak sulung akan menjadi
raja dalam kasus sebuah keluarga kerajaan. Anak sulung dengan demikian adalah
yang pada akhirnya memiliki semua hak dari ayah.
Pada abad kedua sebelum Kristus, ada
tempat-tempat di mana kata 'sulung' tidak lagi mengandung makna yang pertama
diperanakkan atau dilahirkan, namun memuat gagasan kewenangan yang disertai
dengan posisi sebagai pewaris yang berhak. Pengertian itulah yang diterapkan
kepada Yesus. Jika kita hendak mengutip Kolose 1:15, kita harus tetap mempertahankannya
dalam konteks dengan melanjutkannya ke Kolose 1:19, 'Karena seluruh kepenuhan
Allah berkenan diam di dalam Dia'.
Jadi istilah 'sulung' tidak dapat meniadakan kekekalan Yesus, karena itu adalah bagian dari memiliki kepenuhan Allah. Dalam Yohanes 1:3 dikatakan Yesus adalah pencipta: 'Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.'
Jadi istilah 'sulung' tidak dapat meniadakan kekekalan Yesus, karena itu adalah bagian dari memiliki kepenuhan Allah. Dalam Yohanes 1:3 dikatakan Yesus adalah pencipta: 'Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.'
2.5.3 Guru yang Baik
Dalam Markus 10:17-18 dikisahkan ada
seorang yang bertanya, 'Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk
memperoleh hidup yang kekal?'
kemudian Yesus menjawab, 'Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja'. Tidakkah Ia menyangkali ketuhanan-Nya dengan mengatakan seperti itu? Tidak. Ia sedang membuat orang berhenti dan berpikir tentang apa yang Ia katakan: Engkau mengatakan Aku baik, hanya untuk kesopanan, ataukah karena kamu tahu siapa Aku? Apakah engkau benar menganggap Aku memiliki sifat yang seharusnya hanya dimiliki Tuhan? Justru di sinilah Yesus menyatakan diri-Nya Allah.
kemudian Yesus menjawab, 'Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja'. Tidakkah Ia menyangkali ketuhanan-Nya dengan mengatakan seperti itu? Tidak. Ia sedang membuat orang berhenti dan berpikir tentang apa yang Ia katakan: Engkau mengatakan Aku baik, hanya untuk kesopanan, ataukah karena kamu tahu siapa Aku? Apakah engkau benar menganggap Aku memiliki sifat yang seharusnya hanya dimiliki Tuhan? Justru di sinilah Yesus menyatakan diri-Nya Allah.
2.5.4 Bapa Lebih Besar daripada Aku
Yesus berkata dalam Yohanes 14:28,
'Bapa lebih besar daripada Aku' . Apakah ini berarti Yesus kurang daripada
Tuhan?
Murid-murid meratap karena Yesus
berkata bahwa Ia akan pergi. Dalam Yohanes 14:28, Yesus berkata 'Sekiranya kamu
mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku,
sebab Bapa lebih besar dari pada Aku'. Ini artinya Yesus akan kembali ke kemuliaan
yang adalah milik-Nya. Dalam Yohanes
17:5, Yesus berkata, 'Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu
sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada', yang
artinya 'Bapa lebih besar dari Aku'. Yesus berada dalam batasan-batasan
inkarnasi, Ia sedang menuju ke salib, Ia sedang menuju ke kematian, namun Ia
sedang akan kembali kepada Bapa dan kepada kemuliaan yang Ia miliki bersama
Bapa sebelum dunia ada.
2.5.5 Menyesuaikan Sketsa Tuhan
Dalam Perjanjian Baru semua atribut
Tuhan ditemukan dalam diri Yesus Kristus:
ü Maha Tahu
Sekarang kami tahu, bahwa Engkau
mengetahui segala sesuatu. (Yohanes 16:30)
ü Maha Hadir
Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir jaman. (Matius 28:20)
ü Maha Kuasa
Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi. (Matius 28:18)
ü Allah itu kekal
Pada mulanya adalah Firman; Firman
itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. (Yohanes 1:1)
ü Allah itu Tidak Berubah
Yesus Kristus tetap sama, baik
kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya. (Ibrani 13:8)
Juga, Perjanjian Lama melukiskan
suatu gambaran akan Tuhan dengan menggunakan gelar-gelar dan
deskripsi-deskripsi sebagai: Alfa dan Omega, Tuhan, Juruselamat, Raja, Hakim,
Terang, Batu Karang, Penebus, Gembala, Pencipta, Pemberi Kehidupan, Pengampun
Dosa, dan Pembicara dengan Kekuasaan Ilahi. Sungguh memukau bila diperhatikan
bahwa dalam Perjanjian Baru setiap dan semuanya itu diaplikasikan kepada Yesus.
Yesus mengatakan dalam Yohanes 14:7,
'Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku'. Artinya, 'Bila
kamu melihat sketsa Tuhan dari Perjanjian Lama, kamu akan melihat hal itu di
dalam Aku'.
2.6
Allah Penyelamat
Keselamatan
menurut PL mempunyai unsur-unsur baik yang tertuju kepada manusia maupun yang
tertuju kepada Allah. Manusia terancam bahaya penyakit, musibah fisik,
penganiayaan oleh lawan dan kematian. Dalam persekutuan umat pilihan Allah,
keterbelengguan (ketertawanan) merupakan pengalaman nyata, yang daripadanya
kelepasan mutlak diperlukan, dan gagasan-gagasan tentang keselamatan terutama
yang bersifat kesukaan dan duniawi. Bahaya yang lebih gawat adalah di mana
perseorangan dan masyarakat berdiri di hadirat Allah, yang kehendak-Nya sudah
mereka langgar dan yang murka-Nya telah menimpa mereka.
Alat-alat
keselamatan, langsung atau tidak langsung, disediakan melalui para Bapak
leluhur, hakim, pemberi hukum, imam, raja dan nabi. Hukum, baik bersifat ritual
maupun moral, akibat dosa manusia, tidak mampu memberikan keselamatan yang
penuh, tapi menunjukkan ciri dan tuntutan Allah dan kondisi kesejahteraan
manusia. Juga dalam batas-batas tertentu 'mengerem' kesalahan manusia; tapi
penyalahgunaannya sebagai aturan moral melahirkan legalisme dua muka.
Pertama, keterikatan secara lahiriah kepada
peraturan-peraturan telah kehilangan kenyataan spiritual yang terdalam. Kedua,
pencapaian manusia dibeberkan di hadapan Allah dalam tuntutan yang bersifat
membenarkan diri sendiri, untuk memperoleh keselamatan.
Kekakuan
upacara terancam oleh bahaya yang sama, tapi sementara kemuncak penyelenggaraan
upacara - Hari Pendamaian - hanya menggenapi pengampunan atas dosa-dosa yang
tidak disengaja, maka rinciannya menunjuk ke depan kepada datangnya keselamatan
sejati. Penekanan nabi-nabi akan betapa perlunya perubahan batiniah,
menggaris-bawahi bobot kesalahan perbuatan manusia. Jugamembimbing kepada
ramalan tentang keselamatan mesianis yang apokaliptik, bila Allah, sesuai
janji-Nya, akan datang sendiri dalam keselamatan sebagai Allah yg adil dan
Juruselamat (Yesaya 44:17; Daniel 7:13 dab). Ajaran PL tentang keselamatan
mencapai puncaknya dalam gambar Hamba yg menderita (lihat Yesaya 53); dalam hal
ini PL menyediakan adegan untuk keselamatan dalam PB.
I. Dalam Perjanjian Baru (PB)
Kata keselamatan diucapkan hanya
satu kali oleh Yesus (Lukas 19:9). Ayat itu dapat mengacu kepada diriNya
sendiri sebagai kandungan keselamatan yang memberikan pengampunan kepada
Zakheus, atau kepada sesuatu yg nyata oleh perubahan tindakan yang dilakukan
oleh pemungut cukai itu. Tapi Tuhan Yesus menggunakan kata kerja 'selamat' dan
istilah-istilah yg serupa, untuk menyatakan pertama-tama apa yang akan
dilakukan-Nya dalam kedatangan-Nya (Markus 3:4 secara implikatif, dan secara
langsung Lukas 4: 18; 9:56; Matius 18:11; 20:28), dan kedua, apa yang
dituntut dari manusia (Markus 8:35; Lukas 7:50; 8:12; 13:24; Matius 10:22).
Lukas 18:26 dan konteks nya, menunjukkan bahwa keselamatan menghimbau hati yg
menyesal, sifat seperti kanak-kanak, ketidakberdayaan diri yang pasrah
menerima, dan penyangkalan segala sesuatu demi Kristus - kondisi-kondisi yang
mustahil dapat dipenuhi manusia tanpa bantuan.
Kesaksian orang-orang lain terhadap
karya penyelamatan Tuhan Yesus. baik langsung (Matius 8:17) maupun tidak
langsung (Markus 15:31). Ada Juga kesaksian dari nama-Nya sendiri (Matius 1:21,
23). Semua penggunaan kata 'selamat' yang berbeda-beda ini. menvatakan bahwa
keselamatan sudah hadir dalam pribadi dan pelayanan Kristus, terutama dalam
kematian-Nya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa prinsip
dasar yang terkandung dalam rumusan ini, yang menggambarkan tentang agama
Kristen, yaitu:
·
Yesus Kristus dipercayai sebagai Allah dan
Juruselamat
·
Alkitab sebagai sumber dimana pengakuan iman
akan Yesus Kristus muncul
·
Ada misi panggilan di bumi
·
Punya tujuan keberadaan di bumi, yakni untuk
kemuliaan dan kerajaan Allah Tritunggal, Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
Dengan
demikian maka agama Kristen dapat diartikan sebagai hubungan pribadi antara
orang-orang percaya dengan Allah dalam Yesus Kristus. Hubungan ini adalah
hubungan ketaatan, loyalitas, kepada Yesus Kristus dan menjadi pokok utama iman
dan kepercayaan yang menuntun kepada ikatan persekutuan dengan segala orang
percaya di segala tempat dan segala abad.
Yakub B. Susabda dalam buku Bergaul
dan Mengenal Allah menyebutkan tiga alasan mengapa pengenalan akan Allah
Trinitas ini penting, yaitu:
Pertama, Allah orang Kristen adalah Allah yang hanya mau dikenal
dan disembah sebagai Bapa, Putra dan Roh Kudus. Allah memang esa, tetapi
mengenak keesaanNya saja tidaklah menyelamatkan. Seluruh rencana keselamatan
Allah hanya daat dipahami dan diimani dalam hubungan dengan keunikan diri
Allah, penyingkapan diriNya yang progresif, rencana dan cara kerjaNya. Allah
ingin kita mempercayai dan mengimani Dia bukan hanya sebagai Allah yang esa,
yang mengingatkan dan mengajarkan jalan keselamatan dan kehidupan yang
diperkenanNya, tetapi ia menginginkan kita mengenalNya sebagaimana Dia ada,
yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus dengan keunikanNya masing-masing. Alkitab
menegaskan bahwa bahwa Allah tidak mungkin dapat dikenali diluar dari apa yang
Dia sendiri singkapkan (Matius 16:17; Bandingkan Yohanes 14:6; 15:16).
Kedua, iman kepada Allah Trinitas adalah salah satu keunikan iman
Kristen yang membedakannya dari iman semua agama-agama lain. Tanpa pengenalan
akan Ketrinitasan Allah, perbedaan antara iman Kristen dengan iman agama-agama
lain akan menjadi kabur. Demi membangun jembatan komunikasi dan semangat
kesatuan serta toleransi, kita tidak boleh mengorbankan ajaran essensial Allah
Trinitas ini hanya supaya kita bisa diterima oleh pemeluk kepercayaan
agama-agama lainnya. Alkitab menegaskan bahwa diluar kepercayaan kepada Allah
Trinitas tidak ada keselamatan (1 Yohanes 4:2-3).
Ketiga, pengenalan tentang Allah Trinitas bukanlah pengenalan
rasional tetapi pengenalan iman yang lahir kebenaran Alkitab. Penalaran manusia
tidak dapat memahami Trinitas dengan tuntas, demikian pula logika tidak dapat
menjelaskannya dengan tuntas. Tetapi karena Alkitab menyatakannya maka kita
menerimanya.
Sifat yang dimiliki Allah antara lain: Allah itu
Mahahadir, Allah itu Mahatahu, Allah
itu Mahakuasa, Allah itu
Mahatinggi, Allah itu Kekal,
Allah Tidak-berubah, Allah itu Sempurna dan Kudus, Allah itu baik, Allah itu kasih, Allah itu Penyayang dan pengasih, Allah itu Berbelaskasihan, Allah itu Sabar dan Lamban Marah, Allah adalah Kebenaran., Allah itu Setia, Allah itu adil
DAFTAR PUSTAKA
Chris Marantika, 2002 Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani.
Yogyakarta: Iman Press,
Lakamal, Imanuel,
dkk.2008. Revisi Bahan Ajar Mata Kuliah
Pendidikan Agama Kristen. Undana: Kupang.
Pdt. Roike, Hanry, dkk.2015. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Agama Kristen. Brawijaya: Malang.
Pertanyaan,
Jawaban, Masukan Kritik dan Saran
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Masukan
kritik dan saran
|
Rambu
Kassi/150401070007
Apa
maksud dari Allah trinitas?
|
Lexy M.
Batukh/150401070013
Yang Dimaksudkan Dengan Allah
Trinitas Adalah Satu Allah tetapi mempunyai tiga pribadi yang berbeda
|
Trinitas Itu Adalah:Allah Bapa,Allah Anak, dan
Allah Roh
|
Iin Susanti/150401070035
Ada 3 asumsi dasar, kebenaran
fakta dan peristiwa apakah itu dan berikan contoh!
|
Lexy M.
Batukh/150401070013
1.Perbuatan yang bisa diterima
akal atau logika
2. Sesuatu yang bisa
diterima oleh akal budi/sesuai dengan kenyataan
3. Kejadian yang benar
benar terjadi.
Conthnya kisah keluarnya bangsa Israel dari tanah
Mesir.
|
|
Sisi Rensi Djami/150401070034
Pengertian Pengetahuan
konkritif
|
Lexy M. Batukh/150401070013 Pengetahuan allah yang
tidak bisa diketahui oleh akal manusia
|
|
Ariani Ina Kodi /150401070005
Coba
jelaskan sifat sifat dasar Allah
|
Lewi Salema 140401070004
Sifat yang
dimiliki Allah antara lain: Allah itu Mahahadir, Allah itu Mahatahu, Allah
itu Mahakuasa, Allah itu
Mahatinggi, Allah itu Kekal,
Allah Tidak-berubah, Allah itu Sempurna dan Kudus, Allah itu baik, Allah itu kasih, Allah itu
|
|
Anastasia Gali / 150401070081
Apakah yang dimaksud dengan
agama primitif itu?
|
Lewi Salema 140401070004 agama primitif itu adalah
ajaran agama yang bersumber langsung dari Tuhan.yang berupa wahyu yang
diturunkan kepada manusia
|
Salmy Sertini Gollu /140401070008 Agama primitif
itu tidak ada itu merupaan suatu kepercayaan yang harus dituntut.
|
Rambu Kassi/150401070007
Apakah ada
sifat moral yang dimiliki oleh Allah
|
Lewi Salema 140401070004 sikap moral yang dimiliki
oleh Allah itu seperti alah itu belas kasihan, mengampuni, setia, adil,
penyayang dll.
|
Lorry Nabu 140401070011 Sikap moral yang dimiliki
Allah yaitu kasih sayang dan penyayang,Kudus hari penciptaan serta kasih dan
kesetiaan adalah segala yang kita dapatkan dari Allah.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar