BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Dalam
konteks pengembangan Sumber Daya Manusia, pendidikan sebagai usaha sadar
diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam
bentuk kemampuan, ketrampilan, sikap, dan kepribadian yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Dalam upaya lebih mewujudkan fungsi pendidikan sebagai
wahana pengembangan sumber daya manusia, perlu dikembangkan iklim belajar
mengajar yang konstruktif bagi berkembangnya potensi peserta didika sehingga
dapat lahir potensi-potensi yang sesuai dengan tantangan pembangunan nasional.
Untuk itu, hakekat belajar dengan segala dimensinya merupakan hal mutlak yang
harus dipahami oleh pendidik.
Belajar
dipandang sebagai perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku ini
tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi melalui proses. Proses perubahan
perilaku ini dimulai dari adanya rangsangan yaitu peserta didika menangkap
rangsangan kemudian mengolahnya sehingga membentuk suatu persepsi. Semakin baik
rangsangan diberikan, semakin kuat persepsi peserta didik terhadap rangsangan
tersebut.
Metode
sebagai komponen dasar kegiatan belajar mengajar mempunyai peranan yang sangat
penting. Beberapa hal yang mendasar pentingnya penggunaan metode proses
belajar pada hakekatnya merupakan proses
komunikasi. Proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalu saluran atau media tertentu kepada penerima pesan. Dalam proses penyampaian
pesan tersebut tidak selamanya berhasil, karena terdapat beberapa hambatan baik
timbul dari pemberi pesan atau pundari penerima pesan.
Dalam
perkembangan terakhir, pembelajaran bukan lagi berpusat pada kegiatan yang
dilakukan oleh guru, namun pembelajaran haruslah berpusat pada siswa. Mengajar
bukan lagi proses menyampaikan ilmu, namun pembelajaran merupakan proses
menentukan pengetahuan baru melalui kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan
difasilitasi oleh guru. Dalam hal ini, Aunurrahman dalam bukunya belajar dan
pembelajaran mengemukakan bahwa: “ dalam kegiatan pembelajaran fungsi guru adaalh sebagai mediator dan
fasilitator.”( Aunurrahman 2009:22).
Dalam
Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang standar proses pendidikan untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa: ” proses pembelajaran pada
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, dan memotivasi peseta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”
(Depdiknas, 2007:424).
Pembelajaran
yang cocok untuk melaksanakan amanah permendiknas tersebut adalah pembelajaran
yang dapat membuat anak menjadi aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan atau
yang dikenal dengan nama PAKEM.
Dengan
pembelajaran Pakem, diyakini bahwa
potensi siswa akan dapat berkembang secara wajar, siswa akan mandiri dan tidk
takut untuk mengemukakan pendapat, sehingga akan dapat hidup di alam demokrasi.
Disamping
pembelajaran atau model pembelajaran serta metode yang digunakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, hal lain yang sangat berpengaruh dalam pembelajaran
adalah motivasi. Aunurrahman dalam bukunya belajar dan pembelajaran
mengemukakan bahwa: “ Motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan Yang
dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi
yang ada pada dirinya dan potensi diluar dirinya untuk mewujudkan tujuan
belajar” (Aunurrahman, 2009:180).
Berdasarkan
pendapat tersebut diatas artinya bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar
akan nampak melalui kesungguhan untuk terlibat dalam proses pembelajaran,
gejala lain yang dapat dilihat dari kegiatan tersebut diantaranya adalah tampak
pada keaktifan bertanya, mengemukakan pendapat, menyimpulkan pelajaran,
mencatat, membuat resume, mempraktekkan sesuatu, mengerjakan latihan-latihan
dan evaluasi sesuai dengan tuntutan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Didalam aktifitas belajar motivasi individu dapat dimanifestasikan dalam
bentuk-bentuk ketahanan atau ketekunan dalam belajar, kesungguhan dalam
menyimak isi pelajaran yang diberikan atau dipelajari, kesungguhan dalam
ketlantenan dalam melaksanakan tugas dan masih banyak contoh lain yang tidak
dikemukakan dalam tulisan ini. Dengan demikian minat belajar merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh
dilupakan oleh guru agar proses pembelajaran bisa berjalan secar PAKEM dan
dapat mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan
kenyataan lapangan dan harapan paradigma baru dalam pembelajaran diatas,
penulis ingin meneliti “ Penerapan model pembelajaran PAKEM (pembelajaran
aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan) berbasis Eksperimen untuk
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar IPA siswa kelas XIII SMP NEGERI 1
KALABAHI Tahun ajaran 2015/2016”
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan
diatas, maka dalam penelitian ini, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengaruh pembelajaran model pembelajaran PAKEM berbasis eksperimen sebagai
upaya peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA Kelas XIII SMP
Negari 1 Kalabahi Tahun ajaran 2015/2016?
2. Apakah penerapan model
pembelajaran Pembelajaran
PAKEM berbasis eksperimen dapat
meningkatkan motivasi belajar IPA Kelas
XIII SMP Negari 1 Kalabahi Tahun ajaran 2015/2016?
3. Apakah penerapan
model pembelajaran Pembelajaran
PAKEM berbasis eksperimen dapat
meningkatkan prestasi belajar IPA Kelas
XIII SMP Negari 1 Kalabahi Tahun ajaran 2015/2016?
1.3 Tujuan
Penelitian
Bertitik
tolak dari rumusan masalah sebagaimana disebutkan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh pendekatan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) berbasis eksperimen terhadap hasil belajar siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Kalabahi Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat
faktor – faktor penghambat dan pendukung penerapan pendekatan PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) berbasis
eksperimen terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Kalabahi Tahun Ajaran 2015/2016.
3. Mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kalabahi menggunakan
model pembelajaran PAKEM berbasis Eksperimen.
1.4 Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan yang telah
dirumuskan diatas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pada dunia pendidikan baik yang bersifat teoritis maupun yang
bersifat praktis, manfaat tersebut antara lain:
Manfaat teoritis
1. Bagi
ilmu pengetahuan
ü Untuk
menelaah pencapaian prestasi belajar siswa.
ü Sebagai
informasi dalam rangka mengoptimalkan pencapaian tujuan kegiatan belajar
mengajar.
2. Bagi
pihak yang berkepentingan
ü Dapat
memotivasi siswa belajar lebih aktif.
ü Dapat
meningkatkan minat belajar siswa.
ü Dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
ü Sebagai
bahan kajian tentang manfaat model pembelajaran.
Manfaat
praktis
ü Untuk
memenuhi tuntutan agar guru lebih profesional dalam mengajar.
ü Sebagai
bahan informasi tentang model pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan
minat dan prestasi belajar siswa.
ü Memperoleh
sarana pelatihan sehingga dapatmenyampaikan gagasan, pendapat serta penalaran
melalui pengalaman praktis.
3. Bagi
perguruan tinggi
ü Dapat
menambah perbendaharaan perpustakaan.
ü Menambah
cakrawala ilmu.
1.5 Definisi
Operasional
Agar
supaya tidak terjadi kesalahan dalam memahami, menafsirkan dan menginterprestasikan judul perlu definisi
operasional
1.5.1 Penerapan
Yang di maksud dengan penerapan yaitu suatu proses pemahaman
konsep atau strategi pembelajaran dalam meningkatkan kualitas dan prestasi
belajar.
1.5.2 PAKEM
Pakem adalah singkatan dari pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. PAKEM adalah suatu system pembelajaran yang
menggunakan pendekatan pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif serta Menyenangkan.
Sehubung dengan penelitian ini, yang di maksud dengan PAKEM
adalah suatu system pembelajaran yang di terapkan dalam proses belajar mengajar
pada mata pelajaran fisika dengan berorientasi pendekatan pembelajaran yang
Aktif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Kalabahi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Fisika
Fisika oleh Piaget dikelompokan
sebagai pengetahuan fisis. Pengetahuan fisis terjadi karena abstraksi terhadap
alam dunia ini. Pengetahuan fisis adalah pengetahuan terhadap sifat-sifat fisis
dari suatu obyek atau kejadian seperti bentuk, besar, kekerasan, berat serta
bagaimana obyek-obyek itu berinteraksi satu dengan yang lain.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
fisika disekolah salah satu tugas guru sebagai tenaga profesional membantu
siswa membangun pengetahuan mereka dengan cara dengan tingkat yang berbeda,
sehingga guru dituntut untuk mempunyai pandangan yang sangat luas mengenai
bahan fisika yang diajarkan, harus dapat memilih model dan metode mengajar yang
dapat membantu siswa untuk menemukan sendiri fakta atau konsep serta
mengembangkan berbagai kemampuan baik fisik maupun mental. Hal ini menyebabkan
terjadinya interaksi proses pembelajaran yang diharapkan peserta didik juga
harus aktif belajar, tidak hanya sekedar
mendengar, mencatat atau mengingat dari materi pelajaran yang disampaikan oleh
guru, tetapi juga lebih ditekankan pada kemampuan peserta didik untuk
memecahkan persoalan dan bertindak terhadap hal yang dipelajari tersebut, lalu
mengkomunikasikan hasilnya.
2.2
Tinjauan tentang pembelajaran PAIKEM
2.2.1
Pengertian PAKEM
Menurut Budimansyah, dkk (2009:70)
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif mengajukan
pertanyaan, mengemukakan gagasan, dan mencari data dan informasi yang mereka
perlukan untuk memecahkan masalah. Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi tingkat kemampuan siswa.
Efektif yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
pembelajaran berlangsung. Sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan
pembelajaran yang harus dicapai. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar
yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Selain itu, PAKEM adalah
suatu proses pembelajaran yang komunikatif dan interaktif antara sumber
belajar, pendidik dan peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli di
atas maka dapat disimpulkan bahwa PAKEM adalah suatu pembelajaran dimana
terjadi hubungan yang komunikatif antar semua komponen pembelajaran sehingga
mampu menanggapi suatu permasalahan yang terjadi serta mampu mencurahkan
perhatiannya untuk belajar secara optimal.
Menurut
Siswono (2004), PAKEM bertujuan menciptakan suatu lingkungan belajar yang lebih
melengkapi peserta didik dengan ketrampilan-ketrampilan, pengetahuan dan sikap
bagi kehidupannya kelak. Pakem dalam arti suatu model pembelajaran adalah
pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran
dengan model Pakem, siswa dapat belajar dengan menyenangkan. Model pembelajaran
pakem terdapat empat unsur didalamnya antara lain:
-
Belajar merupakan suatu proses aktif dalam membangun
makna/pemahaman dari informasi dan pengalaman oleh sipembelajar
-
Proses pembelajaran harus dapat menumbuhkan sikap kreatif
pada diri anak. Anak dilahirkan memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
-
Pembelajaran dilaksanakan memiliki tujuan yang harus
dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu faktor yang menentukan
adalah model pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran yang efektif untuk
pembelajaran yang dilaksanakan dapat menunjang pembelajaran berikutnya.
-
Situasi yang menyenangkan dalam pembelajaran dapat memotivasi
siswa untuk memperhatikan pembelajaran, senang untuk belajar sehingga dapat
meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran. Menyenangkan juga dapat memotivasi
seseorang untuk mau belajar diluar bangku sekolah dengan kata lainenang belajar
seumur hidup.
Menurut Sediono (2003:41) dalam buku
menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak berbasis sekolah, pembelajaran
PAKEM adalah singkatan dari “ Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
menyenangkan”.
Aktif artinya:
Dalam proses pembelajaran, guru dapat menciptakan suasana kelas
sedemikian rupa sehingga peserta didik berani bertanya dan berani mengemukakan
gagasannya.
Kreatif
artinya: Guru mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang beragam,
sehingga anak mampu mengembangkan kemampuannya secara maksimal.
Menyenangkan
artinya: Suasana belajar mengajar yang dapat menarik perhatian anak secara
penuh sehingga waktu curah perhatiannya sangat tinggi (time of task). Dalam proses belajar yang menyenangkan bisa
meningkatkan motivasi belajar bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang
berkualitas.
Menurut
Sentot Kusairi (2003:53) dinyatakan bahwa “PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan), merupakan salah satu alternatif solusi dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah”. Dengan
metode pembelajaran ini siswa mendapat ide-ide sendiri langsung dengan
pembelajaran melalui pendekatan lingkungan sekitar. Begitu pula guru dengan
berbagai ide segar dapat menarik dan dilengkapi contoh praktis untuk diterapkan
dalam pembelajaran. Pemahaman mengenai PAKEM ini diharapkan dapat membantu guru
memfasilitasi pembelajaran siswa dengan lebih bermakna.
2.2.2 Ciri-ciri pembelajaran PAKEM
Sebagai
model pembelajaran yang berbasis siswa, pakem mempunyai beberapa ciri yang
berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Secara umum, ciri dari pakem adalah:
siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang menyenangkan. Wahidin
(2008:6) menjelaskan ciri-ciri PAKEM adalah:
1. Pem-belajarannya mengaktifkan siswa,
2. Mendorong kreativitas siswa dan
guru,
3. Pembelajarannya efektif dan
4. Pembelajarannya menyenangkan
utamanya bagi siswa.
Muhammad (2009:12) memperkuat
pendapat Wahidin tentang ciri PAKEM yaitu:
1. Adanya prakarsa siswa dalam kegiatan
belajar, yang ditunjukan melalui keberanian memberikan urun pendapat tanpa
diminta dan kesediaan mencari alat dan sumber belajar,
2. Keterlibatan mental siswa dalam
proses belajar mengajar yang berlangsung sehingga emosi siswa bisa tergugah
secara sadar,
3. Peranan guru sebagai fasilitator,
pemantau, dan pemberi balikan lebih bersifat ulur tangan dari pada urun tangan,
4. Siswa belajar dengan pengalaman
langsung baik yang terkait dengan ranah kognitif, afektif maupun psikomotor.
5. Kekayaan variasi metode dan media
dalam proes pembelajaran akan memberikan peluang variasi bentuk dan alat dalam
proses belajar mengajar,
Dari pendapat kedua ahli diatas,
pada dasarnya prinsip pelaksanaan pendekatan PAKEM selalu mengarah pada tiga
hal yaitu siswa, guru, dan kegiatan pembelajaran. Siswa berperan sebagai
subyek, guru sebagai fasilitator dan motivator, serta kegiatan pembelajaran
yang mengaktifkan siswa. Jika ketiga unsur tersebut berjalan sesuai dengan
ketentuan yang ada maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lancar,
dan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diinginkan.
Didalam pembelajaran, seorang guru
berfungsi sebagai fasilitator yang menyingkirkan hambatan dalam pembelajaran
dan mempermudah anak untuk menerim materi pelajaran, sehingga dalam pengelolaan
kelas harus menarik dan menyenangkan yang ditunjang dengan alat peraga, media
pembelajaran serta menggabungkan beberapa metode yang berkaitan. Dengan
demikian anak dapat termotivasi, berani berkreasi, berani mengambil resiko,
sehingga terjadi kehangatan didalam pembelajaran. Sesuai dengan huruf yang
menyusun namanya, pembelajaran PAKEM adalah salah satu contoh pembelajaran
inovatif yang memiliki karakteristik, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
1.
Aktif
Pengembangan pembelajaran ini
beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk
memperoleh pengalaman baru. Siswa aktif terlibat didalam proses belajar
mengkontruksi sendiri pemahamannya. Atas dasar itu pembelajaran ini sengaja
dirancang agar mengaktifkan anak. Didalam implementasinya, seorang guru harus
merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang
memotivasi siswa berperan secara aktif didalam proses pembelajaran.
2.
Kreatif
Pembelajaran PAKEM diharapkan mampu
mengembangkan kreatifitas, pengajar haruslah memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, insiatif dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemampuan dan kemandirian
pemecahan merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran.
Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya (Long live education). Ciri seorang
pembelajar yang mandiri adalah:
a. Mampu secara cermat mendiagnosis
situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya,
b. Mampu memilih strategi belajar
tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya,
c. Memonitor keevektifan strategi
tersebut,
d. Termotivasi untuk terlibat dalam
situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan.
3.
Efektif
Menyirat bahwa pembelajaran harus
dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai hasil belajar yang telah dirumuskan.
Karena hasil belajar itu beragam, karakteristik efektif dari pembelajaran ini
mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil
belajarnya. Banyak orang beranggapan bahwa berbagai strategi pembelajaran efektif
termasuk PAKEM termasuk tidak evisien (memakan waktu) lebih lama dibangingkan
dengan pembelajaran tradisional/konvesional. Hal tersebut tentu amat mudah
dipahami, dalam pembelajaran PAKEM banyak hasil belajar yang dicapai sehingga
memerlukan waktu yang lama, sementara pada pembelajaran tradisional hasil
belajar yang dicapai hanya pada tataran kognitif saja.
4.
Menyenangkan
Pembelajaran yang dilaksanakan
haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang
menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan Voss (2000)
mengatakan belajar akan efektif apabila suasana pembelajarannya menyenangkan.
Seseorang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan
suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan dan
tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk
belajar. Peserta didik pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka
sedang melakukan sesuatu yang mengasyikkan atau sedang bermain. Menurut
penelitian anak-anak menjadi berminat untuk belaar jika topik yang dibahas
sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan alam pikir
mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan pengalaman
siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka bukan dunia guru sebagai
orang dewasa. Apalagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar.
Ciri yang terakhir ini merupakan ciri pembelajaran kontekstual. Dengan demikian
pembelajaran PAKEM sebenarnya juga pembelajaran kontekstual.
2.2.3 Hal-hal yang diperhatikan dalam pembelajaran PAKEM
Dalam pembelajaran PAKEM kita harus
mendorong kesuksesan anak, mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melakukannya.
Setiap kegiatan belajar mengajar merupakan kesempatan besar untuk merubah
prestasi anak mengenai diri mereka sebagai pelajar dan merangsang keinginan
bawaan mereka untuk belajar.
2.2.4 Cara menciptakan pembelajaran PAKEM
Cara yang dapat dilakukan agar
pembelajaran PAKEM berjalan dengan baik adalah sebagai berikut:
a. Media yang tepat
Alat peraga sebagai alat bantu
pembelajaran yang mampu menampilkan materi pembelajaran dengan pendekatan
bentuk nyata yang kontekstual.
b. Metode yang sesuai
Model pembelajaran yang dapat
menerapkan pembelajaran yang dinamis, interaktif, kerjasama, siswa aktif, guru
kreatif, integrasi kurikulum, efektif dan menyenangkan.
c. Guru sebagai fasilitator sekaligus
sebagai intertainer
Guru mampu menerapkan pembelajaran
dua/multi arah yang berpusat pada siswa sehingga memberikan peran lebih banyak
kepada siswa untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya.
2.2.5 Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran PAKEM
a. Kelebihan model pembelajaran PAKEM
Setiap model pembelajaran atau
pendekatan yang digunakan dalam mengajar, tentunya mempunyai kebaikan-kebaikan
tertentu, ada beberapa kelabihan yang dimiliki oleh pendekatan PAKEM:
1. Siswa selalu aktif,
2. Tujuan pembelajaran akan tercapai
secara optimal,
3. Kelas menjadi menyenangkan dan lebih
kondusif,
4. Melatih siswa memiliki rasa
tanggungjawab, berbagi rasa, saling menghormati dan menyayangi sesama manusia.
b. Kelemahan pendekatan PAKEM
1. Tidak mudah merancang pembelajaran dengan perbedaan
individu siswa
2. Tidak efektif digunakan pada
jumlah siswa yang besar dikelas, karena sulit dikontrol dalam mengerjakan tugas
dan mungkin tidak semua siswa berpartisipasi secara aktif
3. Tugas terlalu banyak akan membuat
anak bosan, apabila tidak disertai dengan penilaian
4. Perlu kreativitas guru dalam
menciptakan beragam kegiatan yang menyenangkan siswa, seperti memilih
permainan.
2.3 Metode Eksperimen
2.3.1 Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah penyampaian
materi pembelajaran melalui latihang menggunakan alat, bahan percobaan dan
perangkat percobaan yang dilakukan oleh murid secara individu atau secara
kelompok untuk membuktikan atau menemukan konsep, prinsip, teori, azas, aturan
atau hukum-hukum fisika (Hamid, 2011). Menurut Roestiyah metode eksperimen
diartikan sebagai salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan percobaan
tentang suatu hal, mengamati prosesnya, menulis hasil percobaan kemudian
mengkomunikasikan hasil pengamatannya dikelas dan dievaluasi guru (Sriani,
2009).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan metode eksperimen adalah suatu tehnik
mengajar yang menekankan pada keterlibatan siswa secara langsung untuk
mengamati suatu proses dan membuktikan sendiri hasil percobaan.
2.3.2 Langkah-langkah dalam menggunakan metode eksperimen
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
menggunakan metode eksperimen adalah sebagai berikut (Sriani, 2009).
a. Persiapan metode eksperimen
1. Menetapkan kesesuaian metode
eksperimen dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
2. Menetapkan kebutuhan peralatan,
bahan dan sarana lain yang yang dibutuhkan dalam eksperimen
3. Mengadakan uji eksperimen sebelum
menugaskan kepada siswa, sehingga dapat diketahui secara pasti
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi
4. Menyediakan peralatan, bahan dan
sarana lain yang diperlukan untuk eksperimen yang akan dilakukan
5. Menyediakan lembar kerja siswa
b. Pelaksanaan metode eksperimen
1. Mendiskusikan bersama seluruh siswa
mengenai prosedur, peralatan dan bahan untuk eksperimen serta hal-hal yang
perlu diamati dan dicatat selama proses eksperimen berlangsung
2. Membantu, membimbing dan mengawasi
eksperimen yang dilakukan oleh siswa
3. Siswa membuat kesimpulan dan laporan
mengenai kegiatan eksperimen yang dilakukan.
c. Tindak lanjut metode eksperimen
1. Mendiskusikan hambatan dan
hasil-hasil kegiatan eksperimen
2. Membersihkan dan menyimpan
peralatan, bahan atau sarana lainnya dan diakhiri dengan evaluasi
2.3
Model PAKEM Berbasis Eksperimen
Model pembelajaran Pakem merupakan
model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa
karena langkah-langkah yang diterapkan didalam model tersebut memungkinkan
siswa untuk ikut terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Melalui
pemberian masalah masalah kepada siswa, kemudian meminta siswa untuk mencari
tahu sendiri data mengenai masalah yang
akan dipecahkan. Setelah mendapatkan data atau informasi siswa diminta
membuktikannya melalui eksperimen.
Pelajaran fisika melalui eksperimen
akan membantu siswa mengingat materi lebih lama
karena siswa menggunakan aspek psikomotoriknya dalam memperoleh
pengetahuan, apa bila aspek psikomotoriknya meningkat, maka secara otomatis
aspek kognitifnya juga ikut meningkat. Pada penelitian Odi (2011), pelajaran
dengan menggunakan model PAKEM berbasis
eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi dapat disimpulkan
bahwa peranan model pembelajaran PAKEM berbasis eksperimen terhadap prestasi siswa
sangat besar
Pembelajaran model PAKEM ini akan
mengajak siswa untuk mengembangkan ide-ide kreatifnya untuk bereksperimen dan
membuat kesimpulan dalam menjawab permasalahan yang diberikan. Sehingga dalam
hal ini, prestasi akan meningkat pula seiring berkembangnya ide-ide kreatif
siswa.
Cara penyajian pembelajaran dengan
menerapkan model PAKEM berbasis eksperimen adalah sebagai berikut (Sukayasa,
2012)
1. Menyajikan masalah dalam bentuk umum
yaitu: penyajian masalah dalam bentuk umum dilaksanakan diawal pelajaran yang
berfungsi sebagai motivasi terhadap siswa yang mengaitkan materi ajar dengan
pengetahuan nyata siswa.
2. Penyajian kembali masalah dalam
bentuk operasional, yang dilaksanakan dengan media bantu Lembar Krja Siswa
(LKS), masalah yang akan dipecahkan oleh siswa yaitu masalah-masalah yang
berkaitan dengan materi pelajaran.
3. Menentukan strategi penyelesaian,
strategi penyelesaian masalah ini dilakukan dengan membagi siswa dalam bentuk
kelompok. Kelompok-kelompok yang dibentuk merupakan kelompok hetrogen.
4. Menyelesaikan masalah, dalam
penyelesaian masalah, siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah dengan
melakukan eksperimen.
5. Melihat kembali penyelesaian
a). Meminta perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas.
b). Siswa dan guru bersama-sama
menarik kesimpulan dari materi yang sudah dipelajari.
2.4
Motivasi Belajar Siswa
2.4.1 Pengertian Motivasi Belajar
Hakikat
motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada peserta didik yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah
proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama.
2.4.2 Jenis-jenis Motivasi Belajar
Motivasi
dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1.
Motivasi Intrinsik
Motivasi
Intrinsik adalah motivasi yang tercangkup di dalam situasi belajar dan menemui
kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa. Motivasi ini sering juga disebut sebagai
motivasi murni.
2.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi
Ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi
belajar. Sering kali para siswa belum memahami untuk apa ia belajar hal-hal
yang diberikan oleh sekolah. Karena itu motivasi terhadap pelajaran perlu
dibangkitkan oleh guru sehingga siswa mau dan ingin belajar.
2.4.3 Aspek-aspek Motivasi Belajar
Aspek
motivasi yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Perhatian
Perhatian
mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar, tanpa adanya perhatian
dari siswa proses pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga tujuan
pembelajaran tidak sepenuhnya tercapai.
2.
Tingginya
Keinginatahuan Siswa
Pembelajaran
yang menarik dan menyenangkan akan menumbuhkan rasa keingintahuan siswa
sehingga siswa akan antusias untuk mengikuti pembelajaran tersebut, siswa akan
lebih bersemangat mengemukakan pendapatnya dan lebih aktif dalam diskusi
kelompok.
3.
Konsentrasi
Siswa
harus berkonsentrasi dalam kegiatan belajar di kelas agar dapat menerima
pembelajaran dengan jelas. Konsentrasi akan membawa siswa fokus pada pelajaran
yang disampaikan oleh guru.
4.
Tekun
Tekun
adalah perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, misalnya: rajin belajar
dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan/tugas yang diberikan guru serta
catatan pelajaran lengkap dan rapi.
5.
Senang
Ketika
seorang siswa merasa senang itu berarti siswa tertarik dengan pembelajaran
tersebut, siswa tidak jenuh didalam kelas sehingga materi yang disampaikan bisa
diterima dengan mudah.
2.4.4 Cara
Menggerakkan Motivasi Belajar Siswa
Guru
dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi
belajar siswanya, ialah sebagai berikut:
1.
Memberi Angka
Umumnya
setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang
diberikan oleh guru. Siswa yang mampu membuat pertanyaan dengan tingkat
kesulitan yang tinggi akan mendapatkan angka atau point yang tinggi pula dan
siswa yang mampu menjawab pertanyaan yang tertulis di kertas berbentuk bola
yang ia dapatkan dengan tepat maka akan mendapatkan angka atau point yang
tinggi juga. Siswa yang mendapatkan angka bagus, akan mendorong motivasi
belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang
bagus, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga mejadi pendorong agar
belajar lebih baik.
2.
Pujian
Pujian
diberikan ketika siswa mampu menjawab pertanyaan dengan tepat. Pemberian pujian
kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya
sebagai pendorong belajar. Pujian menimbulkan rasa puas dan senang.
2.5 Prestasi Belajar Siswa
2.5.1
konsep prestasi belajar
Prestasi belajar fisika adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah
mengalami proses belajar yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang
diberikan oleh guru. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perolehan besarnya skor tes fisika yang dicapai siswa sebelum dan sesudah
mendapat perlakuan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat diukur
melalui ulangan harian awal dan akhir, pre tes dan post tes. Ranah kognitif
meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
Prestasi belajar merupakan
keberhasilan yang dicapai setelah proses belajar mengajar terjadi. Banyak
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, misalnya faktor yang terjadi
disekitar kehidupan kita baik di rumah maupun dalam pergaulan masyarakat.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor
Internal
Faktor internal
meliputi: (1) motivasi belajar, (2) konsentrasi belajar, (3) kemampuan mengolah
bahan belajar, (4) kemampuan unjuk hasil kerja, (5) rasa percaya diri siswa,
(6) intelegensi dan keberhasilan siswa.
2. Faktor
Eksternal
Faktor Eksternal
meliputi:
· Faktor
guru: interaksi guru dengan siswa, cara penyajian, pelaksanaan disiplin.
· Faktor
sarana dan prasarana: keadaan gedung, media pendidikan, kurikulum, waktu
sekolah.
Model
pembelajaran: salah satu cara mengatasi kebosanan atau kejenuhan saat
pembelajaran berlangsung adalah dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran yang menyenangkan akan mampu menciptakan suasana baru
dikelas sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar.
2.5.2 Pengaruh Model pembelajaran PAKEM terhadap prestasi
belajar Siswa
Indikator
yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan bahwa prestasi belajar dapat
dinyatakan berhasil apabila memenuhi ketentuan kurikulum yang disempurnakan.
Pada dunia pendidikan, pengukuran prestasi belajar sangat diperlukan. Karena
dengan diketahui prestasi siswa maka diketahui pula kemampuan dan keberhasilan
siswa dalam belajar. Untuk mengetahui prestasi belajar dapat dilakukan dengan
cara memberikan penilaian atau evaluasi dengan tujuan supaya siswa mengalami
perubahan secara positif. Menurut Muhibbin Syah (2008: 151) jenis, indikator,
dan cara evaluasi prestasi dapat disajikan dalam tabel 1 dibawah ini :
No
|
Jenis Prestasi Belajar
|
Indikator Prestasi Belajar
|
1.
|
Ranah
Cipta (Kognitif)
a.
Pengamatan
b.
Ingatan
c.
Pemahaman
d.
Penerapan
e.
Analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)
f.
Sintesis (membuat panduan baru dan utuh)
|
-
Dapat menunjukkan
-
Dapat membandingkan
-
Dapat menghubungkan
-
Dapat menyebutkan
-
Dapat menjelaskan
-
Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri
-
Dapat memberikan contoh
-
Dapat menggunakan secara tepat
-
Dapat menguraikan
-
Dapat mengklasifikasikan
-
Dapat menyimpulkan
-Dapat
menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
|
2.
|
Ranah
Rasa (Afektif)
a.
Penerimaan
b.
Sambutan
c.
Apresiasi (sikap menghargai)
d.
Internalisasi (pendalaman)
e.
Karaktirasasi
|
-
Mengingkari
-
Melembagakan atau meniadakan
-
Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari)
|
3.
|
Ranah
Karsa (Psikomotor)
a.
Ketrampilan bergerak dan bertindak
b.
Kecakapan kespresi verbal dan
nonverbal.
|
-
Mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya
-
Mengucapkan
-
Membuat mimik dan gerakan jasmani
|
Dalam
penelitian ini prestasi belajar menggunakan dokumentasi hasil nilai ulangan
harian siswa. Setelah melakukan proses pembelajaran guru mengadakan evaluasi
untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ada tiga
ranah yang digunakan dalam menentukan penilaian untuk mengetahui prestasi
belajar siswa yaitu, ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Namun
dalam penelitian ini hanya menggunakan ranah kognitif karena hanya menggunakan
nilai hasil ulangan harian siswa yang digunakan untuk mengungkap prestasi
belajar siswa.
Indikator
dari prestasi belajar dalam ranah kognitif yaitu: Dapat menunjukkan,
menyebutkan, menjelaskan, dapat memberikan contoh, dapat memilah-milah, dan
dapat menyimpulkan. Indikator dari minat belajar yaitu: Perasaan senang,
Ketertarikan siswa, Perhatian siswa dalam belajar, bahan pelajaran dan sikap
guru yang menarik, Keterlibatan siswa, Manfaat dan fungsi pelajaran. Indikator
prestasi belajar digunakan untuk memberikan penilaian evaluasi belajar ulangan
harian siswa. Sedangkan indikator prestasi belajar digunakan untuk menyusun
instrumen angket minat belajar yang digunakan dalam penelitian. Untuk
menentukan tingkatan dalam prestasi belajar dilakukan perhitungan dengan
kategorisasi.
2.6 Kerangka Berpikir
Menurut Piaget fisika digolongkan
sebagai pengetahuan fisis, karena abstraksi terhadap alam. Pengetahuan fisis
adalah pengetahuan akan sifat-sifat dari suatu obyek atau kejadian seperti
bentuk, besar, kekerasan, berat baik secara mikro maupun makro serta obyek-obyek ituberinteraksi untuk
menemukan hubungan-hubungan antara obyek atau kejadian dengan kenyataan yang
ada (Yuliana, dkk, 2011). Fisika selama ini terkesan sebagai pelajaran yang
sangat sulit dipahami karena seringkali disajikan dengan persamaan matematika
sehingga banyak anak yang menganggap bahwa fisika terlalu banyak rumus. Hal ini
disebabkan karena kurangnya kemampuan guru dalam pemilihan model pembelajaran
yang inovatif sehingga membuat siswa cendrung pasif. Keberhasilan dalam proses
belajar mengajar disekolah tergantung pada peran guru sebagai pembimbing yang
harus dapat menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa aktif.
Model pembelajaran PAKEM merupakan
model pembelajaran yang mampu meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
Karena langkah-langkah yang diterapkan didalam model tersebut memungkinkan
siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan dan Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas PTK atau Classroom Action
Research yang bertujuan untuk merubah efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas merupakan strategi pemecahan masalah
yang berfungsi untuk mengambil tindakan yang tepat dalam rangka memperbaiki
pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini ada dua tindakan yang diambil yaitu
aktifitas tindakan (action) dan
aktifitas penelitian(research). Ebbut
menjelaskan bahwa PTK merupakan suatu studi yang sistematis dilakukan dalam
upaya memperbaiki praktek-praktek dalam pendidikan dengan melakukan tindakan
praktis serta refleksi terhadap tindakan tersebut.
3.2
Prosedur Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, maka
metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
mengacu pada model PTK Kemmis S, dan MC. Adapun siklus rancangan Penelitian
empat tahapan pada setiap siklusnya yaitu:(1) Membuat rencana tindakan, (2)
Melaksanakan tindakan, (3) Mengadakan pemantauan/observasi, (4) Memberikan
refleksi dan evaluasi untuk memperoleh sejauh mana pencapaian hasil yang
diharapkan kemudian direvisi untuk melaksanakan
tindakan pada siklus berikutnya (Suharsimi,2006:74).
Secara skematis model penelitian
tindakan kelas yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Rencana Pelaksanaan PTK
Model
(Suharsimi, Arikunto, 2006:74)
Model penelitian tindakan kelas
yang digunakan merujuk pada model Kemmis dan MC Taggart yang akan dilaksanakan
dalam dua siklus, dan tiap siklus terdiri dari empat tahapan yang terdiri atas
(Khusna, 2013):
a. Perencanaan
(Planning)
Perencanaan
adalah pengembangan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa
yang terjadi.
b. Tindakan
(Action)
Tindakan
merupakan penerapan dari perencanaan yng telah dibuat yang dapat berupa suatu
penerapan modelpembelajaran yang dalam hal ini adalah model pembelajaran PAKEM
berbasis eksperimen untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang telah
dijalankan. Tindakan ini akan dilakukan oleh peneliti.
c. Pengamatan
(Obrervation)
Observasi berfungsi untuk
mendominasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi yang csermat sangat
diperlukan karena tindakan akan selalu dibatasi oleh keadaan realitas dan semua
kendala yang belum dapat dilihat dengan jelas pada waktu yang lalu.
d. Refleksi
(Reflecting)
Rafleksi dilakukan untuk melihat
keseluruhan proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan seperti yng
telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah,
persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan yang strategis.
3.3
Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dilapangan
adalah mutlak karena berperan dalam keseluruhan proses penelitian. Peneliti
disini juga bertindak sebagai pengajar dslsm pembelajaran, pelaksana, pengumpul
data, penganalisis dan pelapor hasil penelitian. Untuk pengumpulan datayang
diperlukan, peneliti dibantu oleh guru fisika dan teman sejawat. Dengan cara
seperti ini diharapkan semua data yang dianggap penting tidak terlewatkan.
3.4
Setting Penelitian
Penelitian ini bertempat dikelas
VIII SMP Negeri 1 Kalabahi. Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah semester I
Tahun Pelajaran 2015/2016, tepatnya diberikan pada bulan Nopember 2015.
3.5
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian
terdiri dari berbagai sumber, yakni siswa, guru, dan teman sejawat.
a. Siswa
Merupakan
sumber data tentang minat dan prestasi belajar Fisika
b. Guru
Merupakan
sumber data tentang tingkahlaku pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran PAKEM berbasis eksperimen untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar Fisika.
3.6 Metode Pengumpulan
Data
3.6.1 Dokumentasi
Metode
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang dokumentasi pembelajaran
yang dibutuhkan dalam penelitian ini, diantaranya foto pembelajaran daftar nama
peseta didik dan daftar nilai peserta didik.
3.6.2 Tes
Metode
tes adalah seperangkat pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, inteligensi, kemampuan untuk bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil
prestasi belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran PAKEM berbasis
Eksperimen. Dalam metode tes ini, digunakan tes tertulis berupa pilihan ganda,
yaitu bentuk pilihan ganda dengan lima alternative jawaban.
2.3.1
Observasi
Metode
observasi digunakan untuk mengamati kegiatan dikelas selama pembelajaran baik untuk
mengamati kesesuaian antara pelaksana tindakan dan perencanaan yang telah
disusun berupa RPP dan skenario pembelajaran maupun aktivitas peneliti dan
siswa selama proses kegiatan pembelajaran. Dalam menggunakan metode observasi
cara yang paling efektif adalah menggunakan lembar observasi sebagai instrumen.
2.4
Instrumen Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.7.1
Instrumen
Perlakuan
a)
Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
RPP Digunakan sebagai
rancangan proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan yang memuat Standar
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, tujuan pembelajaran,
strategi pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah
pembelajaran dan evaluasi.
b)
Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS digunakan untuk
membantu siswa dalam mengarahkan percobaan, observasi atau hasil pembelajaran
akhir dalam melakukan kerja kelompok.
c) Skenario
Pembelajaran
Skenario pembelajaran
berguna sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran.
3.1.1
Instrumen
Pengambilan Data
a) Pedoman
Penilaian Ketelaksanaan Pembelajaran
Pedoman
penilaian dalam lembar keterlaksana pembelajaran untuk mengukur seberapa besar
pelaksanaan scenario pembelajaran dengan penerapan model PAKEM berbasis eksperimen dalam meningkatkan minat dan
prestasi belajar siswa yang sudah di rancang sebelum melakukan penelitian dalam
pembelajaran fisika.
Menurut
Arikunto, adapun skor penilaian keterlaksanaan pembelajaran yang menggunakan
skala 1-3 yang diajukan dalam tabel
Tabel
3.1 Kriteria skala penilaian pelaksanaan pembelajaran
Kategori
|
Bobot
Skor
|
Sangat tepat
|
3
|
Tepat
|
2
|
Kurang tepat
|
1
|
Modivikasi
(Odi, 2011)
Setelah diperoleh skor penilaian
pelaksanaan pembelajaran maka untuk menentukan kualitas pelaksanaan
pembelajaran menggunakan rumus :
N
=
x
100%
Keterangan :
N : Jumlah skor
keterlaksanaan proses pembelajaran.
Skor Perolehan : Jumlah skor yang diperoleh dalam indicator keterlaksanaan proses
pembelajaran yang sudah ditetapkan berdasarkan hasil observasi.
Skor maksimal: Jumlah skor keseluruhan dari indicator keterlaksanaan
pembelajaran pembelajaran yang ditetapkan.
Tabel 3.2 Kriteria skor penilaian
pelaksanaan pembelajaran
Persentase
(%)
|
Kriteria
|
90 % - 100%
|
Baik sekali
|
70% - 80%
|
Baik
|
60% - 70%
|
Sedang
|
40% - 60%
|
Kurang
|
0% - 40%
|
Tidak baik
|
Modivikasi
dari Purwanto, (2007)
b) Lembar
Keaktifan Siswa
Lembar
keaktifan siswa digunakan untuk menilai keaktifan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Bentuk lembar observasi keaktifan siswa seperti pada tabel berikut
ini.
Tabel
3.3 keaktifan belajar siswa
No
|
Sub
Variabel Keaktifan
|
Bentuk
keaktifan belajar siswa
|
Skor
Nilai perkelompok
|
Jumlah
skor perkelompok
|
||||||
1
|
Keaktifan
lisan
|
Aktif dalam
diskusi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
Bertanya
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
Mengemukakan
pendapat
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
Mempresentasikan
hasil kerja kelompok
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
Ikut serta
menyimpulkan materi pembelajaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Keaktifan
Visual
|
Memperhatikan
penjelasan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Keaktifan menulis
|
Mengerjakan
soal yang diberikan guru
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
Membuat
laporan hasil percobaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Keaktifan
motorik
|
Menyiapkan
percobaan sesuai prosedur
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
Melakukan
percobaan sesuai prosedur di LKS
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Rata-rata
skor
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Menurut Arikunto skor penilaian
keaktifan belajar siswa dalam kelompok menggunakan skala 1-4 yang diajukan
dalam tabel
Tabel 3.4 Kritaria skala penilaian
keaktifan belajar
Kategori
|
Bobot skor
|
Sangat tepat
|
4
|
Tepat
|
3
|
Cukup tepat
|
2
|
Tidak tepat
|
1
|
Odi,2011
Setelah diperoleh skor penilaian
keaktifan belajar maka untuk menentukan keaktifan belajar siswa dalam kelompok
menggunakan rumus.
N
=
x
100%
Keterangan
:
N : Jumlah skor keterlaksanaan proses
pembelajaran.
Skor Perolehan: Jumlah skor yang
diperoleh dalam indicator keterlaksanaan proses pembelajaran yang sudah
ditetapkan berdasarkan hasil observasi.
Skor maksimal: Jumlah skor keseluruhan dari indikator keterlaksanaan
pembelajaran pembelajaran yang ditetapkan.
Tabel 3.5 Presentasi keaktifan siswa
dikategorikan sebagai berikut
Persentase
(%)
|
Kriteria
|
90 % - 100%
|
Baik sekali
|
70% - 80%
|
Baik
|
60% - 70%
|
Sedang
|
40% - 60%
|
Kurang
|
0% - 40%
|
Tidak baik
|
Modivikasi dari Purwanto,
(2007)
c) Tes
prestasi
Tes
merupakan instrumen untuk mengetahui prestasi belajar siswa dan digunakan untuk
menilai dan mengukur hasil belajar peserta didk, terutama hasil belajar
kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan
pelajaran.Tes prestasi belajar dibuat berdasarkan kisi-kisi soal yang berisi
kompetensi dasar, indikator, tujuan, materi, butir soal, aspek yang dinilai dan
disertakan kunci jawaban. Untuk
penyempurnaan tes yang sudah disusun terlebih dahulu dilakukan uji coba
lalu dianalisis, yang meliputi:
1. Tingkat
kesukaran
Tingkat
kesukaran soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir-butir soal terlalu
sulit, sedang atau terlalu mudah. Penentuan taraf kesukaran dihitung sebagai
berikut (Purwanto, 2008:99)
p
=
Keterangan :
∑B : Jumlah peserta tes yang menjawab
benar
P : Tingkat
kesukaran butir
N : Jumlah
seluruh siswa peserta tes.
Kriteria
: Butir tes dianggap baik ika soal tersebut tidak terlalu sul dan tidak terlalu
mudah, sehingga P dianggap memenuhi syarat jika P berkisar 0,25-0,75 atau 0,25
≤P ≤ 0,75.
2. Daya
beda
Daya
pembeda butir soal adlah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berprestasi tinggi dan rendah. Penentuan daya beda butir dimaksudkan untuk
menyisihkan butir-butir yang memiliki daya pembeda rendah. Untuk mengetahui
daya pembeda adalah (Wartono, 2007:136).
D
=
-
Keterangan :
D : Daya pembeda butir
NBA : Jumlah siswa kelompok atas yang
menjawab benar terhadap nomor butir tertentu
NBB : Jumlah siswa kelompok bawah yang
menjawab benar terhadap nomor butir tertentu
NA :
Jumlah peserta tes kelompok atas
NB :
Jumlah peserta tes kelompok bawah
N :
Jumlah seluruh peserta tes
Kriteria : Soal mempunyai daya beda yang
berarti D ≥ 0,20. Jumlah kelompok atas sama dengan jumlah kelompok bawah, yaitu
NA = NB = 27% dari seluruh peserta tes yang memiliki
prestasi tinggi, sedangkan kelompok bawah ditetapkan mengambil 27% dari seluruh
peserta tes yang memiliki prestasi rendah.
3. Validitas
butir soal
Validitas
sering diartikan sebagai kesahihan. Suatu soal disebut memiliki validitas
bilamana isi soal tersebut layak untuk mengukur objek yang akan diukur sehingga
memperoleh gambaran yang jelas apakah soal tersebut dapat digunakan atau tidak. Dengan demikian teknik yang sesuai
untuk menghitung validitas butir adalah korelasi point biserial (Purwanto, 2008:132)
=
=
;
=
; p =
; q = 1 – p
4. Reabilitas
soal
Reabilitas
diartikan sebagai keajegan, bilamana tes tersebut berkali-kali hasilnya
relative sama. Rumus yang digunakan (Purwanto,
2008:153).
rtt
=
keterangan
:
rtt : Koefisien reliabilitas
K : Jumlah item
p : Tingkat kesukaran butir
q : 1 - p
sd : Standar deviasi
jika
jika thit> ttab maka instrument dikatakan reliabel
Kriteria
reliabilitas tes
|
|
0,80
≤ rtt ≤ 1,00
|
Sangat
baik
|
0,60
≤ rtt ≤ 0,80
|
Baik
|
0,40
≤ rtt ≤ 0,60
|
Cukup
|
0,20
≤ rtt ≤ 0,40
|
Rendah
|
0,00
≤ rtt ≤ 0,20
|
Sangat
rendah
|
Untuk
mengetahui data prstasi belajar digunakan rerata nilai tes (X) dengan rumus
(Khusna, 2013).
=
Keterangan
:
:
rerata nilai tes
∑X : jumlah total perolehan
nilai tes
N : banyak siswa yang mengikuti tes
Kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai siswa dalam penelitian ini adalah
75
3.1.2
Catatan
lapangan
Catatan lapangan digunakan untukmengamati
hal-hal yang terjadi selama pembelajaran berlangsung dan interaksi antara guru
dan siswa yang terkait dengan pembelajaran yang tidak tercatat dalam lembar
observasi. Dengan demikian, data yang dianggap penting tidak terlewatkan.
3.2
Analisis
Data
Analisis data penelitian dilakukan selama
maupun setelah proses pengumpulan data. Adapun cara yang digunakan yaitu:
a)
Mereduksi data
Mereduksi data adalah
menyeleksi atau menyederhanakan data. Biasanya data yang direduksi adalah
catatan lapangan dan instrument pembelajaran.
b) Penyajian
data
Penyajian
data dilakukan untuk memaparkan informasi dari hasil reduksi.
c)
Penarikan kesimpulan
Menarik
kesimpulan adalah kegiatan memberikan kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan
evaluasi, ksimpulan tersebut diverifikasi dengan tujuan untuk menguji kebenaran
yang telah disimpulkan.
3.3
Tahap-tahap penelitian
3.3.1
Tahap Pra tindakan
a) Melakukan
pertemuan dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Kalabahi. Pertemuan ini dimaksudkan
untuk memperoleh ijin melakukan penelitian.
b) Melakukan
pertemuan dengan guru fisika kelas VIII SMP Negeri I Kalabahi. Pertemuan ini
bertujuan untuk mendiskusikan materi yang akan diajarkan.
c) Melakukan
wawancara dengn guru Fisika Kelas VIII untuk memperoleh data awal tentng proses
belajar mengajar.
3.3.1
Tahap
Pelaksanaan tindakan
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiap siklus terdiri
atas empat tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan obsevasi dan refleksi.
3.4
Siklus Pelaksanaan Tindakan
3.4.1 Siklus I
Dalam
siklus I materi yang akan dibahas adalah cermin. Adapun langkah-langkah
pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut.
a. Tahap
perencanaan tindakan (planning) I
1.
Menyiapkan perangkat
pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), scenario
pembelajaran sesuai model pembelajaran Pakem, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
bahan ajar tentang materi pembelajaran.
2.
Mensosialisasikan
pelaksanaan kepada seluruh siswa yang akan dijadikan objek penelitian
3. Membagi
kelas menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa
4. Menyiapkan
alat dan bahan untuk media pembelajaran
5. Menyusun
lembar pedoman penilaian pelaksanaan pembelajaran.
6. Menyusun
kisi-kisi tes prestasi belajar.
b. Tahap
pelaksanaan tindakan (acting)
Dalam
proses pembelajaran diterapkan model pembelajaran Pakem berbasis eksperimen
yang mempunyai langkah pembelajaran sebagai berikut.
a. Kegiatan
awal
1. Memberikan
salam dan presensi
2. Memberikan
motivasi dan apersepsi
3. Menyampaikan
tujuan pembelajaran
4. Menyampaikan
acuan pembelajaran
5. Melakukan
pembagian kelompok, yaitu siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing
kelompok beranggota 4-5 orang
6. Menyampaikan
langkah-langkah pembelajaran model Pakem berbasis eksperimen.
b. Kegiatan
inti
1. Menyiapkan
bahan atau alat yang diperlukan dan menjelaskan langkah-langkah eksperimen
2. Menjelaskan
materi yang akan dibahas pada eksperimen
3. Guru
menjelaskan LKS yang berisi pemecahan masalah
4. Setiap
siswa dalam kelompok mencoba memecahkan persoalan bersama kelompok.
5. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya
6. Siswa
melakukan eksperimen untuk memecahkan persoalan yang diberikan guru
7. Guru
membimbing siswa dalam diskusi untuk kerja kelompok untuk memecahkan masalah
8. Guru
membimbing siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran
9. Meminta
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimen pemecahan
permasalahan.
c. Kegiatan
akhir
1. Memberikan
penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya bagus
2. Memberikan
umpan balik dan penguatan
3. Guru
memberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi
yang telah didiskusikan.
4. Guru
membimbing siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
5. Memberikan
tugas mandiri dan menutup pelajaran.
Diakhir pelaksanaan
siklus satu, guru memberikan tes secara tertulis untuk mengevaluasi prestasi
belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Observasi
(pengamatan) I
Kegiatan
observasi adalah mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung setelah
diterapkan model pembelajaran tersebut. Selama kegiatan ini peneliti dibantu
oleh pengamat. Hasil pengamatan dituangkan dalam format observasi yang telah
disiapkan. Selain itu disiapkan catatan lapangan untuk melengkapi data hasil
observasi.
d. Refleksi
(reflecting) I
Refleksi
diakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil
pemahaman siswa. Merefleksikan adalah menganalisis data-data yang diperoleh
dari hasil observasi dan catatan lapangan.Tahap ini meliputi kegiatan memahami,
menjelaskan dan menyimpulkan data. Pada bagian refleksi dilakukan analisis data
mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan
refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan. Jika siklus I
masih belum ada peningkatan keaktifan dan prestasi belajar maka dilanjutkan
siklus II dengan langkah perbaikan dari siklus I.
3.9.2 Siklus II
Dalam siklus II materi
yang diajarkan adalah usaha. Adapun langkah-langkahnya.
1. Tahap
perencanaan tindakan (planning) II
a. Menyiapkan
perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), scenario
pembelajaran sesuai model pembelajaran pakem, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan
bahan ajar tentang materi pembelajaran.
b. Mensosialisasikan
pelaksanaan keadan seluruh siswa yang akan dijadikan objek penelitian
c. Membagi
kelas menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa
d. Menyiapkan
alat dan bahan untuk media pembelajaran
e. Menyusun
lembar pedoman penilaian pelaksanaan pembelajaran.
f. Menyiapkan
tes akhir tidakan II.
2. Tahap
pelaksanaan tindakan (acting) II
Pada
tahap pelaksanaan tidakan II yang telah disusun sebagaimana pada rencana
tindakan II adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan
awal
1. Memberikan
salam dan presensi
2. Memberikan
motivasi dan apersepsi
3. Menyampaikan
tujuan pembelajaran
4. Menyampaikan
acuan pembelajaran
5. Melakukan
pembagian kelompok, yaitu siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
masing-masing kelompok beranggota 4-5 orang
6. Menyampaikan
langkah-langkah pembelajaran model pakem berbasis eksperimen.
b. Kegiatan
inti
1. Menyiapkan
bahan atau alat yang diperlukan dan menjelaskan langkah-langkah eksperimen
2. Menjelaskan
materi yang akan dibahas pada eksperimen
3. Guru
menjelaskan LKS yang berisi pemecahan masalah
4. Setiap
siswa dalam kelompok mencoba memecahkan persoalan bersama kelompok.
5. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya
6. Siswa
melakukan eksperimen untuk memecahkan persoalan yang diberikan guru
7. Guru
membimbing siswa dalam diskusi untuk kerja kelompok untuk memecahkan masalah
8. Guru
membimbing siswa agar aktif dalam kegiatan pembelajaran
9. Meminta
perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil eksperimen pemecahan
permasalahan.
c. Kegiatan
akhir
1. Memberikan
penghargaan kepada kelompok yang kinerjanya bagus
2. Memberikan
umpan balik dan penguatan
3. Guru
memberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas dari materi
yang telah didiskusikan.
4. Guru
membimbing siswa menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
5. Memberikan
tugas mandiri dan menutup pelajaran.
Diakhir
pelaksanaan siklus satu, guru memberikan tes secara tertulis untuk mengevaluasi
prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Observasi
(pengamatan) II
Kegiatan
observasi adalah mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung setelah
diterapkan model pembelajaran tersebut. Selama kegiatan ini peneliti dibantu
oleh pengamat. Hasil pengamatan dituangkan dalam format observasi yang telah
disiapkan. Selain itu disiapkan catatan lapangan untuk melengkapi data hasil
observasi.
4. Refleksi
(reflecting) I
Refleksi
diakukan untuk melihat keseluruhan proses pelaksanaan tindakan dan hasil
pemahaman siswa. Merefleksikan adalah menganalisis data-data yang diperoleh
dari hasil observasi dan catatan lapangan.Tahap ini meliputi kegiatan memahami,
menjelaskan dan menyimpulkan data. Peneliti dan pengamat mengkaji hasil
tindakan II sebagai bahan pertimbangan apakah siklus sudah mencapai kriteria
pada saat tindakana yang telah ditentukan dan suksesnya proses pembelajaran
yang dilakukan. Pengulangan siklus berdasarkan ketetapan jika kriteria tindakan
I belum tecapai. Apabila kriteria tindakan II telah tercapai maka peneliti
melanjutkan pada penulisan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman.
2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung
: Alfabeta
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek ( Edisi Revisi )
Jakarta: Rineka Cipta.
________ 2009. Dasar - Dasar Evaluasi
Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Budimansyah, Dasim. dkk. 2009. PAKEM
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Bandung: PT
Genesindo.
Depdiknas. (2007). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Soediono, dkk.2003 Paket Pelatihan Awal Menciptakan Masyarakat Peduli Pendidikan Anak
Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Suprijono, Agus. 2009 Cooperative Learning Teori dan Aplikasi
Paikem. Pustaka Pelajar. Surabaya.
Syaiful Bahri Djamarah, prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha
Nasional, Surabaya, Cet. I, 1994.
Wahidin,
D. (2008). Pembelajaran PAKEM II : http:// makalahkumakalahmu.net. [21
September 2015].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar